Saturday, August 23, 2008

Kesungguhan belajar dan kecermatannya

     Chairil anwar belajar sungguh-sungguh untuk mencipta.Bagaimana kesungguhannya mempelajari para pujangga luar negeri dapat kita lihat dari salinan-salinannya dari hasil karya para sastrawan asing ,baik yang berasal dari Timur maupun Barat.

     Pada jaman pendudukan Jepang , ia menyalin sajak-sajak R.M.Rilke(Jerman),H.Marsman(Belanda),E.du Perron (Belanda),dan J.Slauerhoff (Belanda),yakni penyair-penyair yang sangat besar pengaruhnya kepadanya di samping seorang pujangga pemberontak bernama Nietzche (Jerman) yang juga besar pengaruhnya atas diri Chairil Anwar. Pada jaman revolusi ia menterjemahkan sajak karya Multatuli (Belanda) berjudul De Laatste Dag Der Hollanders op Jawa yang terdapat dalam buku Max Havelaar dengan judul Hari Akhir Olanda di Jawa. Selanjutnya diterjemahkannya Kena Gempur dari The Raid karya John Steinbeck (Amerika) dan pulanglah Dia Si Anak Hilang dari Le Retour de L'enfant prodigue karya Andre Gide (Perancis).juga telah diterjemahkannya sajak-sajak dari John Cornford(Inggris) ,Hsu Chih Mo (Cina) ,Conrad Aiken (Amerika), W.H. Auden (Amerika) dan sebagainya.Pada waktu meninggalnya pun Chairil Anwar meninggalkan kumpulan terjemahan dari sajak-sajak Inggris dan Amerika yang sedang dibuatnya.

     Tentang kecermatannya ,Chairil Anwar pernah mengatakan bahwa seorang seniman yang mendapat wahyu (Ilham,inspirasi) ciptaan, tidak boleh terus menulis diatas kertas. Wahyu yang datang itu harus dipertimbangkan, dipilih,dikupas dan kadang-kadang sama sekali dibuang. Sesudah itu baru dikumpulsatukan. Seorang seniman harus mempunyai ketajaman dan ketegasan dalam menimbang serta memutus. Pikiranlah yang berpengaruh besar dalam hasil seni yang bertingkat tinggi, yakni pikiran yang mengandung pertimbangan dan keputusan yang sehat dan cermat. Akhirnya dikatakannya bahwa wahyu dan wahyu itu ada dua macam, yakni wahyu yang sebenarnya dan wahyu yang bukan sebenarnya.